Minggu

Mengaku Muslim

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.
Untuk meningkatkan taqwa, marilah kita merenungkan tentang betapa banyaknya perusakan terhadap Islam. Dalam hal ini mari kita cermati adanya 3 golongan yang merusak Islam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ [البقرة/11، 12]
Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (QS. Al-Baqarah [2] : 11-12)
Kerusakan yang mereka perbuat di muka bumi bukan berarti kerusakan benda, melainkan menghasut orang-orang kafir untuk memusuhi dan menentang orang-orang Islam.
Imam Al-Baghawi dalam tafsirnya معالم التنزيل (Ma’aalimut Tanziil) menjelaskan: وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ Dan bila dikatakan kepada mereka yaitu kepada orang-orang Munafik, atau dikatakan kepada orang-orang Yahudi. Artinya, kepada mereka (Munafiqin atau Yahudi) itu orang-orang Mu’min berkata: لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi” dengan kekafiran dan membengkokkan manusia dari iman kepada Muhammad صلى الله عليه وسلم dan Al-Qur’an. Dan dikatakan (pula), artinya: janganlah kalian kafir, karena kekafiran itu adalah kerusakan paling dahsyat dalam agama.قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَMereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Mereka menjawab dengan perkataan ini secara dusta, sebagaimana perkataan mereka, kami beriman, sedangkan mereka adalah berdusta.أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَIngatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan terhadap diri mereka sendiri dengan kekafiran dan terhadap manusia dengan membengkokkan dari iman. { وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ } tetapi mereka tidak sadar, artinya mereka tidak tahu bahwa mereka itu merusak, karena mereka mengira bahwa yang mereka berada pada golongan kekufuran itu adalah baik. Dan dikatakan (maksudnya): mereka tidak menyadari akan adanya adzab yang disediakan Allah untuk mereka. (Tafsir Al-Baghawi/ Ma’aalimut tanziil, juz 1 halaman 66).
Syaikh Al-jazairi dalam tafsirnya, Aisarut Tafaasir mengemukakan, di antara hidayah ayat-ayat ini adalah:
  1. Mencela pengakuan yang dusta, yang pada umumnya mengaku-aku dengan dusta itu tidak terjadi kecuali dari sifat-sifat orang munafiqin.
  2. Berbuat baik di bumi ini adalah dengan berbuat taat kepada Allah dan rasul-Nya. Sedang berbuat kerusakan di bumi adalah dengan bermaksiat kepada Allah dan rasul-Nya صلى الله عليه وسلم.
  3. Para pembuat keruskan di bumi selalu menghalalkan perusakan mereka dengan dalih bahwa mereka berbuat kebaikan, bukan perusakan. (Aisarut Tafaasir oleh Al-Jazaairi, juz 1 halaman 11).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, Pengakuan yang dusta diiringi penghalalan perbuatan merusak agama itulah dua bahaya sekaligus yang sangat mencelakakan.
Kenapa?
Karena perbuatan itu jelas bukan sekadar untuk diri mereka sendiri namun sasarannya justru para manusia. Ketika mereka melancarkan pengakuan yang dusta, sasarannya agar manusia tertipu. Dan ketika menghalalkan perusakan, agar perusakan itu diikuti, bahkan diterapkan bersama-sama. Padahal ketika diikuti justru kerusakan agama lah yang terjadi, karena telah dibengkokkan, walau masih atas nama agama. Sehingga tampaknya adalah perbaikan (yaitu agama yang lurus), jalan bagi para manusia agar selamat di dunia dan akherat, namun sebenarnya sudah dibengkokkan bahkan telah rusak keyakinannya itu.
Betapa bahayanya!
Satu contoh nyata.
Seorang mahasiswi di Pascasarjana UIN (Universitas Islam Negeri, dahulu IAIN) Syarif Hidayatullah,Jakarta, mengungkapkan sebuah fenomena baru di UIN yang membuatnya terenyuh.
Sebelum menempuh pendidikan di pascasarjana UIN, Mahasiswi ini adalah lulusan UniversitasIndonesia. Fenomena yang dimaksudnya itu, berhubungan dengan masalah penulisan dalam sebuah karya ilmiah. Misalnya, para mahasiswa pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak diperkenankan menulis kata Allahdengan lanjutanSWT(subhanahu wa ta’ala); tidak boleh menulis kataMuhammad dengan diakhiriSAW(shallallahu ‘alaihi wa sallam); tidak boleh menulisMuhammaddengan sebutanNabi.
Pelarangan itu menurut ProfDr S yang sehari-hari mengurus kampus pascasarjana UIN, karenayang menganggap Muhammad sebagai Nabi hanya orang Islam, sedangkan non-muslim tidak menganggap Muhammad Nabi. Begitu juga dengan Allah,yang mengakui Allah itu subhanahu wa ta’alahanya orang Islam, sedangkan mereka yang bukan Islam, tidak demikian.
Menurut Mahasiswi ini pula, dalam sebuah karya ilmiah di Pascasarjana UIN tidak boleh ada kalimat-kalimatIslam sebagai agama yang sempurnaatauIslam sebagai agama yang haq, dan kalimat-kalimat sejenis itu. Jika kalimat seperti itu ditemukan di dalam karya ilmiah (makalah, tesis atau disertasi), maka akan langsung dicoret! Mahasiswi pascasarjana UIN ini sangat menyayangkan adanya aturan seperti itu. Apalagi, sepertinya Islam tidak dihargai, namun sebaliknya, pandangan orang-orang kafir menjadi lebih dimuliakan dan dihargai.
Berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam benak Mahasiswi ini akibat adanya ketentuan yang tidak lazim tersebut: “… mengapa sebuah universitas Islam yang terkenal menjadi anti-pati terhadap penulisan-penulisan seperti itu? Seolah penulisan seperti itu adalah hal yang memalukan dan aib di hadapan warga dunia. Sejak kapan pelarangan tersebut menjadi peraturan? Apakah ada aturan resminya? Atau ada SK Rektor atau dari Depag (Departemen Agama/ kini Kementerian Agama) ada instruksi demikian? UIN memang memiliki cita-cita besar untuk menjadi universitas internasional, dan saya acungi jempol akan mimpi tersebut. UIN memang ingin karya-karyanya diterima oleh masyarakat dunia, saya tidak menolak harapan tersebut. Tapi kita tidak bisa meninggalkan identitas sebagai Universitas Islam.” Begitu tulis Mahasiswi ini dalam satu situs.kemudian dikutip di situs lain. (http://nahimunkar.com/gejala-bahaya-laten-neo-komunisme-di-uin/)
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, kalau ada waktu, boleh dicari makalah dari pihak petinggi perguruan tinggi Islam itu yang sudah dipublikasikan, niscaya akan menemui “garis kebijakan” yang mengikuti pemikiran pembenci Islam itu. Namun anehnya, tidak terdengar adanya tindakan kongkret yang memberi hukuman terhadap mereka yang jelas-jelas anti Allah SWT dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk disifati sesuai dengan yang digariskan Allah Ta’ala itu. Sebagaimana tidak ditindaknya oknum-oknum yang sampai menghalalkan pernikahan antara wanita Muslimah dengan lelaki kafir, dan bahkan menghalalkan homo sekalipun. Tidak ditindak dan apalagi dibuang dari perguruan tinggi yang beralbel Islam lagi negeri itu.
Apakah itu berarti bekerjasama dan melindungi dosa dan pelanggaran, atau memang menjalankan misi kemunafikan yang memang “tugasnya” adalah amar munkar nai ma’ruf, yang jelas perlakuan itu semua adalah telah diingatkan dalam ayat-ayat:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ [المائدة/2]
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (QS Al-Maaidah [5] : 2)
Tentang diamnnya pihak penguasa terhadap kemunkaran yang membahayakan itu apakah artinya kerjasama dan melindungi, yang jelas telah diingatkan dalam ayat:
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (67) وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ حَسْبُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُقِيمٌ [التوبة/67، 68]
"Orang-orang Munafik laki-laki dan perempuan. Sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang Munafik itu adalah orang-orang yang fasik. Allah mengancam orang-orang Munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela'nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal." (QS. At-Taubah [9] : 67-68)
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, di masyarakat yang justru kemunkaran diusung beramai-ramai dan diketahui secara rahasia umum bahwa itu dilindungi bahkan mungkin dibiayai dan dinaikkan pangkatnya, maka ketika ada petinggi yang secara naluri manusianya berucap mengingatkan agar jangan pakai rok mini, tahu-tahu dia diprotes keras. Bahkan sampai dengan memperagakan pakai rok mini beramai-ramai dan mengecam petinggi yang mengingatkan itu. Padahal dia karena prihatin adanya wanita yang diperkosa bahkan dibunuh dan dirampas hartanya dalam angkutan kota, sedang kejadiannya bukan hanya satu kali dan korbannya pun berjatuhan.
Namun, apa hendak dikata, di negeri yang kemunkaran dimanjakan ini, petinggi itu sampai minta maaf atas nasehatnya yang menginginkan agar tidak pakai rok mini itu. Sedemikian dahsyatnya kekuatan pihak munafiqin dan munafiqot istilah Al-Qur’an dalam memaksakan kemunkaran di negeri ini, sampai seorang petinggi pun harus minta maaf kepada mereka, lalau mereka masih mengatakan tidak cukup hanya minta maaf. Astaghfirulahal ‘adhiem, walaa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adhiem.
Padahal, tidak usah mengusung kemunkaran secara ramai-ramai, atau tidak usah membuat keputusan yang akan menghalangi Ummat untuk meyakini Islam (seperti kasus penulisan di paskasarjana tersebut) , ketika berucap yang mengakibatkan murkanya Allah Ta’ala pun sudah ada ancamannya. Sebagaimana ditegaskan dalam hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam masuk neraka atas orang yang hanya gara-gara ia mengucapkan satu perkataan.
حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, "Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda, 'Adakalanya seorang hamba mengucapkan satu kalimah (satu kata) yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam Neraka yang jarakdalamnya antara timur dan barat'." (Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لَا يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِي بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِي النَّارِ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ *.
Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, “Sesungguhnya bisa jadi seseorang mengucapkan suatu perkataan yang disangkanya tidak apa-apa, tapi dengannya justru tergelincir dalam api neraka selama tujuh puluh musim.” (HR. At-Tirmidzi, ia katakan ini hadits hasan gharib dari arah ini, dan Ahmad – 6917)
Jama’ah jum’ah rahimakumullah, kemunkaran dan kemaksiatan yang diusung kemudian dibiarkan bahkan kemungkinan sekali dilindungi itu jelas-jelas membahayakan bagi Ummat Islam. Sehingga maksiat dan aneka kemunkaran justru beretengger di mana-mana dan dapat memaksa siapa saja. Padahal itu kita tahu bahwa memang itu kemunkaran dan kemaksiatan. Itupun ternyata tidak banyak yang berani untuk mengubahnya apalagi memberantasnya. Di sinilah letak di antara ujian bagi Muslimin, siapa sebenarnya yang memegang teguh Islam ini. Sehingga ada bukti-bukti dalam amaliahnya dalam membela Islam.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, kondisi perusakan Islam yang tampak seperti itu, sangat memprihatinkan. Dan orang mudah mengerti serta faham bahwa itu munkar, buruk, dan itu pakai rok mini adalah maksiat, apalagi mengobarkannya itu lebih lagi. Maka perlu dihadapi, agar masayarakat ini tidak tambah rusak lagi.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, masih ada perusakan Islam yang sebenarnya tidak kalah dengan maksiat itu. Bahayanya juga tidak kalah dibanding yang kasus di paskasarjana itu, dan bergeraknya juga di lingkungan Ummat Islam. Perusakan Islam itu terjadi karena seolah hamba ini yang tugasnya hanya mengikuti syari’at ini, tahu-tahu berani secara lancang membuat syari’at baru. Bukan mencukupkan diri untuk mengikuti apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun membuat-buat yang baru lagi. Sebenarnya ini tidak lebih ringan bahayanya dibanding maksiat, namun tidak mudah orang menyadarinya, hingga para pengusungnya berani “jualan” di rumah-rumah Allah, tidak sekadar seperti pengusung rok mini yang dalam membela kemaksiatannya mereka berteriak di jalanan.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, perlu diperhatikan dalam hadits ditegaskan:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنْ الْإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ.
Dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah kepada suatu ummat sebelumku, melainkan dari umatnya itu terdapat orang-orang yang menjadi pengikut dan sahabatnya, yang mengamalkan Sunnahnya dan menaati perintahnya." (Dalam riwayat lain dikatakan, Mereka mengikuti petunjuknya dan menjalankan Sunnahnya)
"Kemudian setelah terjadi generasi pengganti yang buruk, dimana mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan, maka orang-orang yang memerangi mereka dengan tangannya, niscaya dia termasuk orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang memerangi mereka dengan lisannya, niscaya dia termasuk orang-orang yang beriman. Demikian juga dengan orang yang memerangi mereka dengan hatinya, niscaya dia termasuk orang yang beriman. Selain itu, maka tidak ada keimanan sebesar biji sawi pun."(HR. Imam Muslim)
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, keburukan yang harus diperangi itu wujudnya dalam hadits itu adalah:
يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ
Mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan.
Mulut mereka mengatakan sesuatu (kebaikan/yang diperintahkan) namun mereka tidak mengerjakannya. Sedang yang mereka kerjakan justru yang tidak diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Betapa banyaknya kejadian seperti itu sekarang. Bahkan mengerjakan hal-hal yang tidak diperintahkan itupun masih pula mereka pertahankan dan kobarkan. Apabila ada yang mengusiknya, maka dikobarkanlah permusuhan terhadap yang ingin menegakkan Islam sesuai dengan tuntunan aslinya itu.
Kenapa jadi rusak seperti itu?
Dalam atsar sahabat disebutkan:
عَنْ زِيَادِ بْنِ حُدَيْرٍ قَالَ قَالَ لِى عُمَرُ : هَلْ تَعْرِفُ مَا يَهْدِمُ الإِسْلاَمَ؟ قَالَ قُلْتُ : لاَ. قَالَ : يَهْدِمُهُ زَلَّةُ الْعَالِمِ وَجِدَالُ الْمُنَافِقِ بِالْكِتَابِ وَحُكْمُ الأَئِمَّةِ الْمُضِلِّينَ. )رواه الدارمي، وقال الشيخ حسين أسد: إسناده صحيح.(
Dari Ziyad bin Hudair, ia berkata, Umar telah berkata kepadaku: Apakah kamu tahu apa yang merobohkan Islam? Ia (Ziyad) berkata, aku berkata: Tidak. Ia (Umar) berkata: Yang merobohkan Islam adalah tergelincirnya orang alim (ulama), bantahan orang munafik dengan al-Qur’an, dan keputusan pemimpin-pemimpin yang menyesatkan. (Riwayat ad-Darimi, dan berkata Syaikh Husain Asad: isnadnya —pertalian riwayatnya—shahih).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, ketika 3 unsur perusak Islam (yaitu ulama yang tergelincir —pada kebatilan atau kesesatan—, orang munafik yang membantah dengan dalih Al-Qur’an, dan para pemimpin yang keputusannya menyestkan) itu bersatu padu, maka benar-benar dahsyat perusakannya terhadap Islam. Dan itu terjadi sekarang, bahkan secara sistematis serta dibiayai, hingga ada kuburan di Jombang yang dibiayai pakai APBN dan APBD sampai 180 Miliar rupiah. Yang duitnya adalah hasil utang dari luar negeri dan menarik pajak setinggi-tingginya. Itu demi apa yang dalam hadits tersebut:
يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ
Mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, dengan adanya perusakan Islam secara sistematis itu, apa yang perlu dilakukan?
Di antaranya Allah Ta’ala menegaskan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ [المائدة/105]
"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk [453]. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al-Maaidah [5] : 105)
[453]. Maksudnya: kesesatan orang lain itu tidak akan memberi mudharat kepadamu, asal kamu telah mendapat petunjuk. Tapi tidaklah berarti bahwa orang tidak disuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar.
Semoga Allah Ta’ala menjaga diri kita dari aneka perusakan dan kemunkaran, dan semoga Allah menguatkan untuk memberantasnya, sehingga Ummat Islam menjadi masyarakat yang Allah ridhoi karena taat dan patuh kepadaNya dan taat pula kepada Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Amien ya Rabbal ‘alamien.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لاَ يَسْمَعُونَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا . وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Tiga Golongan Perusak Islam

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’alayang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.
Dalam hal menjalankan perintah dan menjauhi larangan, akhir-akhir ini Ummat Islam diliputi keadaan yang menuntut kehadi-hatian yang sangat. Kalau tidak hati-hati, maka akan terjerumus sangat dalam, karena kemungkinan yang diucapkan oleh lisan, diperbuat oleh anggota badan, dan diyakini oleh hati, kemungkinan justru hal-hal yang sangat dilarang Islam. Dalam hal ini yang akan kita bicarakan adalah merajalelanya gejala setia kepada orang kafir, yang dalam Islam sangat dilarang, namun di masyarakat justru tampak semakin berkembang.
Untuk mengetahui bagaimana gejala mencintai atau setia atau loyal terhadap orang kafir, mari kita simak uraian ulama terkemuka saat ini yakni Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, dalam bab مظاهر موالاة الكفار Madhaahiru Muwaalatil Kuffaar – gejala-gejala setia kepada orang-orang kafir berikut ini.
Di antara gejala setia terhadap Kafirin
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, bentuk-bentuk kesetiaan atau loyalitas atau bahasa Islamnya wala' terhadap kafirin sungguh telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, di antaranya akan diuraikan 10 gejala sebagai berikut:
1. Menyerupai kafirin dalam berpakaian, ucapan, sikap dan lainnya. Itu menunjukkan kecintaan pada mereka, karena Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ *. (أبو داود)
"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka." (HR Abu Daud, dan At-Thabrani dalam Al-Awsath, dari Hudzaifah, berderajat hasan)
Oleh karena itu diharamkan menyerupai orang-orang kafir dalam hal yang menjadi ciri khusus mereka, yang berupa tradisi atau adat kebiasaan, ibadah, symbol dan akhlak mereka seperti mencukur jenggot, memanjangkan kumis, berbicara dengan bahasa mereka kecuali ada kebutuhan yang mendesak, demikian juga dengan mode berpakaian mereka, makan, minum dan sebagainya.
2. Tinggal di negeri kafir dan tidak pindah ke negeri Muslimin untuk menyelamatkan ad-dien. Berdiamnya di negeri kafir menunjukkan loyalitasnya terhadap orang kafir. Allah Ta'ala mengharamkan bermukimnya orang Muslim di antara orang-orang kafir apabila ia mampu untuk berhijrah.
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (97).
"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya, 'Dalam keadaan bagaimana kamu ini?' Mereka menjawab, 'Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah).' Para malaikat berkata, 'Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?' Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An-Nisaa' [4] : 97)
إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا (98).
"Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah)." (QS. An-Nisaa' [4] : 98)
فَأُولَئِكَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا (99).
"Mereka itu, mudah-mudahan Allah mema`afkannya. Dan adalah Allah Maha Pema`af lagi Maha Pengampun." (QS. An-Nisaa' [4] : 99)
Allah Ta'ala tidak menerima alasan setiap Muslim yang bermukim di negara orang kafir kecuali mereka yang lemah, yang tidak mampu untuk berhijrah, juga orang-orang yang bermukimnya ada kemaslahatan ad-dien, misalnya berda'wah dan menyebarkan Islam di negri mereka.
3. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah bepergian ke negeri kafir dengan tujuan wisata dan rekreasi. Hal yang demikian haram hukumnya kecuali untuk hal yang sangat diperlukan, seperti berobat, berdagang, studi tentang sesuatu yang bermanfaat yang tidak dapat tercapai kecuali dengan mengadakan perjalanan ke negeri mereka, maka hal itu diperbolehkan sesuai dengan kebutuhan. Jika kebutuhannya telah terpenuhi, ia wajib kembali ke negeri kaum muslimin.
Dan disyaratkan pula untuk diperbolehkannya mengadakan perjalanan semacam ini, ia mampu menampakkan agamanya, bangga dengan keislamannya, menjauhi tempat-tempat kejahatan, waspada terhadap penyelinapan musuh-musuhnya dan tipu daya mereka. Dan diperbolehkan juga untuk bepergian atau wajib pergi ke negeri mereka apabila dimaksudkan untuk berdakwah di jalan Allah.
4. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah membantu kafirin untuk mengalahkan Muslimin, memuji-muji dan membela mereka. Ini merupakan bagian dari rusaknya aqidah, dan penyebab kemurtadan.
5. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah meminta bantuan kepada kaum kafir, mempercayakan urusan kepada mereka, memberikan kekuasaan kepada mereka agar menduduki jabatan yang di dalamnya ada banyak perkara yang menyangkut urusan kaum muslimin, serta menjadikan mereka sebagai kawan terdekat dan teman dalam bermusyawarah.
Allah Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ(118).
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." (QS. Ali Imran [3] : 118)
هَا أَنْتُمْ أُولَاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلَا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ(119).
"Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata, 'Kami beriman'; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka), 'Matilah kamu karena kemarahanmu itu'. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati." (QS. Ali Imran [3] : 119)
إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ(120).
"Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." (QS. Ali Imran [3] : 120)
Ayat-ayat yang mulia ini mengungkapkan hakekat kaum kafir dan apa yang mereka sembunyikan dari kaum muslimin yang berupa kebencian dan siasat untuk melawan kaum muslimin seperti tipu daya dan pengkhianatan. Dan ayat ini juga mengungkapkan tentang kesenangan mereka bila kaum muslimin mendapat musibah. Dengan berbagai cara mengganggu ummat Islam. Bahkan kaum kuffar tersebut memanfaatkan kepercayaan ummat Islam kepada mereka dengan menyusun rencana untuk memojokkan dan membahayakan ummat Islam.
وَرَوَى الْإِمَامُ أَحْمَد بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ : قُلْت لِعُمَرِ : إنَّ لِي كَاتِبًا نَصْرَانِيًّا قَالَ : ما لَك قَاتَلَك اللَّهُ أَمَا سَمِعْت اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ : { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ } أَلَا اتَّخَذْت حَنِيفِيًّا قَالَ : قُلْت : يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ لِي كِتَابَتُهُ وَلَهُ دِينُهُ قَالَ : لَا أُكْرِمُهُمْ إذْ أَهَانَهُمْ اللَّهُ وَلَا أُعِزُّهُمْ إذْ أَذَلَّهُمْ اللَّهُ وَلَا أُدْنِيهِمْ إذْ أَقْصَاهُمْ اللَّهُ
Imam Ahmad telah meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu anhu, dia berkata kepada ‘Umar radhiyallahu anhu, "Saya memiliki sekretaris yang beragama Nashrani". ‘Umar berkata, "Mengapa kamu berbuat demikian? Celakalah engkau. Tidakkah engkau mendengar Allah Ta’ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ …} (51) سورة المائدة.
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpinmu, sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain…" (QS. Al-Ma’idah [5] : 51)
Kenapa tidak engkau ambil seorang muslim sebagai sekretarismu?' Abu Musa menjawab, 'Wahai amirul mukminin, saya butuhkan tulisannya dan urusan agama terserah dia'. Umar berkata:
لَا أُكْرِمُهُمْ إذْ أَهَانَهُمْ اللَّهُ وَلَا أُعِزُّهُمْ إذْ أَذَلَّهُمْ اللَّهُ وَلَا أُدْنِيهِمْ إذْ أَقْصَاهُمْ اللَّهُ
'Saya tidak akan memuliakan mereka karena Allah telah menghinakan mereka, saya tidak akan mengangkat derajat mereka karena Allah telah merendahkan mereka dan saya tidak akan mendekati mereka karena Allah telah menjauhkan mereka'."
Imam Ahmad dan Muslim meriwayatkan:
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى بَدْرٍ حَتَّى إِذَا كَانَ بِحَرَّةِ الْوَبَرَةِ لَحِقَهُ رَجُلٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ يَذْكُرُ مِنْهُ جُرْأَةً وَنَجْدَةً فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَسْتَ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ لَا قَالَ ارْجِعْ فَلَنْ أَسْتَعِينَ بِمُشْرِكٍ. (مسلم)
Bahwasannya Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam keluar menuju Badar. Tiba-tiba seseorang dari kaum musyrikin menguntitnya dan berhasil menyusul beliau ketika sampai di Harrat alwabarah, lalu dia berkata, "Sesungguhnya aku ingin mengikuti kamu dan aku rela berkorban untuk kamu". Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Berimankah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya?" dia berkata, "Tidak". Beliau bersabda:
ارْجِعْ فَلَنْ أَسْتَعِينَ بِمُشْرِكٍ.
"Kembalilah, karena saya tidak akan meminta pertolongan kepada orang musyrik". (HR Ahmad dan Muslim)
Dari nash-nash tersebut di atas, jelas bagi kita tentang haramnya mengangkat kaum kafir untuk menduduki jabatan pekerjaan kaum muslimin yang mereka nanti akan mengokohkan kedudukannya dengan sarana yang ada padanya untuk mengetahui keadaan kaum muslimin dan membuka rahasia-rahasia mereka atau menipu dan menjerumuskan ummat Islam ke dalam kerugian dan kebinasaan. Namun sayang hal ini banyak terjadi pula di negeri kaum muslimin, negeri Haramain Syarifain (Saudi Arabia) yang menjadikan kaum kuffar sebagai pekerja-pekerja, sopir-sopir, pelayan-pelayan, guru-guru di rumah-rumah yang bergaul bersama mereka keluarga muslim atau membaur dengan kaum muslimin di negerinya.
6. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah menggunakan kalender kafirin, khususnya yang mencatat hari-hari suci dan hari-hari besar mereka, seperti kalender Masehi yang menyebutkan peringatan hari Kelahiran Al-Masih ‘alaihissalam yang hari raya itu adalah bid'ah yang mereka ada-adakan, dan bukanlah dari ajaran Al-Masih (Nabi ‘Isa) ‘alaihissalam. Karena itu menggunakan kalender ini berarti ikut berpartisipasi dalam menghidupkan syi’ar dan hari raya mereka. Hendaknya kita menghindari masalah ini, karena para sahabat radhiyallahu ‘anhum pun berpaling dari kalender orang-orang kafir dan mereka membuat kalender sendiri yang dimulai dengan peristiwa hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada masa khalifah Umar radhiyallahu ‘anhu. Hal tersebut menunjukkan wajibnya menyelisihi kaum kuffar dalam masalah ini dan ciri-ciri khas mereka. Semoga Allah Ta’ala menolong kita.
7. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah ikut serta di hari-hari besar kafirin, membantu penyelenggaraan upacara mereka, mengucapi selamat pada hari itu, mendatangi undangan upacara mereka pada hari itu. Firman Allah:
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ [الفرقان/72]
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu." (QS. Al-Furqon [25] : 72); telah ditafsirkan bahwa dari sifat hamba-hamba adalah sesungguhnya mereka tidak mendatangi hari-hari besar orang kafir.
8. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah memuji, terpesona, kagum terhadap kafirin.
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى (131).
"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Thoha [20] : 131)
Yang demikian itu bukan berarti orang Islam tidak boleh mencari tahu tentang sebab-sebab kekuatan mereka, seperti: kemajuan teknologi, teknik militer dan keberhasilan ekonomi mereka, akan tetapi yang demikian itu justru dituntut.
Allah Ta’ala berfirman:
{ وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ }
"Bersiaplah untuk menghadapi mereka dengan kekuatan apa yang kamu sanggupi."(QS. Al-Anfaal [8] : 7)
Pada dasarnya beberapa hal yang bermanfaat dan rahasia-rahasia alam semesta yang ada adalah untuk kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman:
{قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللّهِ الَّتِيَ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالْطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِي لِلَّذِينَ آمَنُواْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ …} (32) سورة الأعراف.
"Katakanlah, 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan juga rejeki yang baik?'. Katakanlah, 'Semua itu disediakan bagi orang-orang yang beriman di dunia dan khusus untuk mereka saja di hari kiamat'." (QS. Al-A’raf [7] : 32)
Firman Allah Ta’ala:
{وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِّنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لَّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ} (13) سورة الجاثية.
"Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir." (QS. Al-Jatsiyah [45] : 13)
Allah Ta’ala berfirman:
{هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً …} (29) سورة البقرة.
"Dialah yang telah menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu." (QS. Al-Baqoroh [2] : 29)
Oleh karena itu kaum muslimin wajib saling berlomba dalam usaha memperoleh beberapa teknologi dan potensi yang ada, jangan sampai ditemukan orang kafir agar muslimin tidak tergantung kepada orang kafir dalam memperoleh teknologi tersebut. Bahkan dianjurkan agar Muslimin memiliki industri-industri dan menciptakan perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan.
9. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah memberi nama dengan nama-nama orang kafir.
Banyak di antara kaum muslimin yang memberi nama kepada anak-anaknya baik laki-laki maupun perempuan dengan nama-nama asing dan meninggalkan nama bapaknya, ibunya, kakeknya, neneknya dan nama-nama yang dikenal di masyarakatnya. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ خَيْرَ الأَسْمَاءِ عَبْدُ اللهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ وَالْحَارِثُ.
"Sesungguhnya sebaik-baiknya nama adalah Abdullah, Abdur Rahman, dan Al-Harits". (HR Ahmad, shahih menurut Syaikh Syu’aib Al-Anauth)
Perubahan nama-nama tersebut berakibat hilangnya kesatuan dengan generasi sebelumnya, juga menghapus identitas nama keluarga tertentu yang biasa dikenal dengan nama-nama khas mereka.
10. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah berdoa memintakan ampun dan rahmat bagi kafirin. Allah telah mengharamkan hal yang demikian ini dalam firman-Nya:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ(113).
"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahannam." (QS. At-Taubah [9] : 113)
Karena dalam permasalahan ini mengandung adanya suatu rasa kecintaan terhadap mereka dan membenarkan sesuatu yang ada pada mereka.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, demikianlah penjelasan Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, ulama terkemuka sekarang ini, abad ini, dalam bab مظاهر موالاة الكفار Madhaahiru Muwaalatil Kuffaar —gejala-gejala setia kepada orang-orang kafir— dalam buku:
الإرشاد إلى صحيح الاعتقاد والرد على أهل الشرك والإلحاد
Al-Irsyadu isla shahiihil I’tiqaad warraddi ‘alaa ahlis syirki wal ilhaad.
Perlu sangat diperhatikan, terutama dua gejala ini, yaitu gejala keempat dan kelima:
4. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah membantu kafirin untuk mengalahkan Muslimin, memuji-muji dan membela mereka. Ini merupakan bagian dari rusaknya aqidah, dan penyebab kemurtadan.
5. Dan termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah meminta bantuan kepada kaum kafir, mempercayakan urusan kepada mereka, memberikan kekuasaan kepada mereka agar menduduki jabatan yang di dalamnya ada banyak perkara yang menyangkut urusan kaum muslimin, serta menjadikan mereka sebagai kawan terdekat dan teman dalam bermusyawarah.
Dua gejala itu disamping mengancam hancur leburnya keimanan pelakunya, masih pula sangat merugikan kaum muslimin pada umumnya. Maka wajib dihindari sama sekali. Adapun seandainya telah menggejala di masayarakat, maka mari kita berantas sekuat-kuatnya secara tolong menolong dalam kebaikan untuk memberantas kemunkaran. Apalagi masalah ini sangat membahayakan Ummat Islam secara keseluruhan.
Semoga Allah subahanahu wa ta’ala berkenan memberi hidayah kepada kita semua sehingga kita mampu memahamainya dengan baik dan menghindarinya sejauh-jauhnya, karena gejala-gejala itu sangat membahayakan keimanan kita namun tampaknya justru memang menggejala di mana-mana. Hanya Allah lah tempat kita berlindung dari segala bahaya terutama bahaya mencintai kekafiran yang seolah menggoda manusia setiap saat dan bahkan dihiasi dengan kata-kata indah nan menawan sehingga banyak menjerumuskan orang. Na’udzubillahi min dzalik. Kami berlindung dari hal yang demikian.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .
Khutbah Kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لاَ يَسْمَعُونَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا . وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Mari belajar menyiarkan kebenaran Islam....
menjadi sumber kebaikan, pahala tak henti hingga kiamat kelak...
insya Allah

hati merupakan raja bagi tubuh kita

hati merupakan raja bagi tubuh kita, lihatlah... bagaimana hati kita ketika merasa sedih, sangat berpengaruh sekali terhadap ekspresi wajah kita, tubuh kita, serta mata kita. begitupun jika hati kita merasa senang, akan sangat berpengaruh sekali terhadap anggota tubuh kita. oleh sebab itu, sebenarnya islam datang untuk membereskan hati manusia dari penyakit-penyakit yang akan menyebabkan rusaknya anggota tubuh kita

Warga Pangkep Selayaknya Sejahtera

Warga Pangkep Selayaknya Sejahtera
PANGKEP,UPEKS--PT Fajar Group, berkomitmen akan mengembangkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Kabupaten Pangkep. Potensi tersebut patut dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Hal ini dikemukakan Komisaris Utama PT Media Fajar Group, HM Alwi Hamu, saat bertandang di rumah jabatan (Rujab) Bupati Pangkep, Kamis (29/9) lalu.
Kedatangan Managemen serta Pimpinan PT Media Fajar Group, dalam rangka roadshow yang berlangsung disejumlah daerah di Sulsel, yang dimulai sejak 26 September lalu.
"Seharusnya masyarakat sudah sejahtera. Karena potensi alam yang dimiliki cukup besar, seperti tambang semen dan marmer, potensi perikanan serta pertanian. Mustahil tidak dikembangkan. Sekarang tinggal bagaimana kita bersama-sama pemerintah dan semua pihak mencari cara yang tepat untuk mengembangkan potensi-potensi alam ini," ungkap Alwi.
Seperti lanjut Alwi, produksi perikanan berupa ikan bandeng, sebaiknya diolah dalam berbagai bentuk produk makanan sebelum dipasarkan. Misalnya abon ikan, bandeng presto dalam kemasan dan lainnya. Sebab jika demikian, menurut Alwi akan lebih berpotensi menghasilkan keuntungan yang besar dibanding jika hanya dijual mentah.

Jumat

kisah Muallaf




Muallaf Krakow berbagi kisah  : Tertarik Islam karena senang membaca

Ukasyah
Kamis, 29 September 2011 10:03:57
Satu setengah jam dari Krakow jarak ke kotanya, ia menggunakan mini-bus menuju masjid Krakow agar dapat berbuka puasa bersama. Kamila namanya, si cantik yang pemalu. Ramadhan 1432 Hijriyah ini adalah ramadhan keempat bagi Kamila. Bayangkanlah, ‘betapa sepinya’ tiga ramadhan lalu yang telah dilewati, ia makan sahur dan berbuka puasa sendirian saja. Saya salut dan bangga pula pada saudari kita ini.
Kamila berujar, “Sebenarnya sejak kecil saya telah tertarik pada islam. Jujur dalam hati, saya merasakan keanehan akan ajaran ‘tuhan anak-tuhan bapa’ di agama saya dahulu. Juga saya merasa dibohongi akan kehadiran sinterklas, peri gigi, dan sejenisnya itu. Akhirnya saya lampiaskan dengan gaya gaul awut-awutan, saya merasa tak mengenali jati diri sendiri…”, suara Kamila sangat pelan, lemah lembut, dan bahasa Inggrisnya masih kurang lancar.
Mamanya sangat prihatin dan ‘hampir putus asa’ dengan keadaan dirinya, nilai sekolahnya merosot, dan ia tampak bandel. Ia tak mau di ajak ke gereja karena setiap ia punya pertanyaan tentang ‘hal-hal aneh’ di hatinya, selalu tak mendapat jawaban yang memuaskan. Apalagi tentang arah tujuan hidup, masa’ sih hidup ini cuma mengalir begitu saja, kemudian jika berbuat dosa, sudah ‘ditanggung’ oleh Tuhan?, itu salah satu contoh pertanyaan yang berasal dari nurani terdalam.
Suatu hari di sekolahnya ada guru baru, guru ini seorang muslim, mengajar bahasa Arab sebagai salah satu program bahasa asing yang baru diuji-coba di sekolah. Hanya beberapa bulan sang guru menetap di kota itu. Namun karena Kamila hobi membaca dan tertarik dengan islam, maka ia mendekati sang guru dan banyak bertanya tentang segudang pertanyaan hatinya selama ini. “Sebenarnya saya sudah lama membuka-buka pelajaran tata cara sholat, di internet…”, ujarnya pada sang guru. Sang guru kaget, dan ia melihat sikap Kamila memang sangat antusias, Kamila selalu serius bertanya-tanya tentang apapun yang berkaitan dengan islam, ia berdiskusi dengan gurunya, bahkan ia mengikuti forum diskusi keislaman di beberapa situs dakwah internasional. Termasuk diskusi tentang ‘kenapa Islam disudutkan atas banyaknya kasus terorisme, padahal pada kenyataannya pelaku terorisme bukanlah muslim!’, Kamila mengambil kesimpulan bahwa orang-orang pembenci muslim merupakan biang kerok fitnah yang keji tersebut.
Ia bilang kepada ibunya, “Mama… Saya minta maaf akan kebandelan saya selama ini. Tapi ketahuilah, selama ini memang saya tidak yakin dengan agama yang mama ajarkan…”. Sang mama mengatakan, “Kamu sudah besar. Kamu bisa mencari keyakinanmu sendiri, saya serahkan saja apapun pilihanmu, asalkan saya bisa melihat bukti bahwa kamu memang anak yang baik…”.
Karena keluarganya yang sudah ‘membebaskan pilihan’ jalan hidup, didukung bacaan buku-buku keislaman yang sudah banyak dihadiahi oleh sang guru, di hari ketika hatinya teguh dan sangat mantap, ia bersyahadat di hadapan sang guru. Subhanalloh…
Kamila bilang kepadaku, “Sister… ketika saya masuk islam, mamaku bilang, ‘kamu lebih baik saat telah menjadi muslimah’, Saya merasakan perubahan hebat pada diri ini yang tidak bisa diutarakan melalui kata-kata…”. Kamila merasa yakin bahwa Tuhan hanya satu, Tiada Tuhan selain Allah ta’ala, dan kita bisa berdo’a ‘secara langsung kepada-Nya’, bukan melalui perantaraan manusia lain, dan tidak perlu melakukan ‘pengakuan dosa’ di hadapan perantara-perantara Tuhan sebagaimana ajaran agamanya terdahulu. Saya merinding, merasakan getaran-getaran di sanubari, Ya Allah, Engkau mempertemukan saudari di depanku ini dengan hikmah yang besar, curahan hidayah-Mu buat diri hamba ini, setiap detik harus bersyukur, kenikmatan menjadi muslim adalah sebuah anugerah teramat mahal.
Mamanya sangat bangga tatkala Kamila mampu memperbaiki nila-nilai akademisnya, jelas karena hatinya sudah tenang, pergolakan batin yang dulu menggelora sudah terjawab, sudah mengetahui ‘arah tujuan’ hidup yang selama ini dicari-cari. Ia yakin bahwa nanti kita akan mempertanggung-jawabkan amalan di dunia, dunia merupakan perjalanan mencari bekal buat kelak di akhirat. Kamila lulus sekolah dengan nilai yang baik, dan memasuki perguruan tinggi negeri dengan prestasi yang bagus. Ia menggeluti jurusan bioteknologi dan insya Allah akan lulus sarjana dua tahun lagi.
“Ramadhan kali ini sungguh saya bahagia sekali. Saya setiap hari searching di internet tentang komunitas muslim, dan ketika seorang saudari muslimah (teman saya di jejaring sosial) mengabarkan bahwa sudah ada Islamic-centre di Krakow, maka saya kirimkan email ke muslimsinkrakow@googlegroups.com yang saya lihat di web Islamic-finder. Lantas saya bisa berkumpul bersama kalian di sini, subhanalloh… Terima kasih sisters, saya teramat senang bisa berbuka puasa bersama…”, curahan hati Kamila. Ukhuwah islamiyah memang selalu mengharukan, kalbu berpaut kalbu karena dikencangkan oleh ikatan cinta-Nya.
Kamila pun berharap, “Jika anda adalah orang-orang yang membenci islam, yang meragukan arah tujuan hidup, atau yang ikut-ikutan berpenyakit ‘islamofobia’, hendaklah banyak-banyak membaca dan memahami islam lebih baik lagi. Hampir semua media yang selalu menyudutkan muslim adalah media peraih keuntungan secara ekonomi dan politik, media yang dikuasai musuh-musuh islam. Maka netralkan hati anda, luruskan niat untuk benar-benar mencari informasi yang akurat, pasti anda akan merasakan getaran hati yang kuat ketika menyadari bahwa hanya islam agama yang benar.”, kalimatnya mantap.
Ia pun berdo’a semoga suatu hari orang tua dan keluarganya dapat memperoleh hidayah-Nya memasuki cahaya Islam sebagaimana dirinya (amiin). Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanya Islam. (baca tafsir qur’an surah Ali-‘Imran[3]:19).
Allah ta’ala mengingatkan kita, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa (kepadaNya) dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali-‘Imran[3]:102).
Semoga kisah Kamila menjadi ibroh dan pelajaran berharga buat kita semua. Saat ini, ia masih terus belajar menjadi sosok muslimah sejati, mohon turut dido’akan. Berbahagialah diri kita yang telah lama berbalut hidayah islam, mendapatkan area kerukunan dan kebersamaan dengan keluarga sepanjang waktu, berkumpul menikmati keindahan ramadhan dengan suasana yang kondusif, padahal ketahuilah di belahan bumi-Nya yang lain, misalnya di berbagai kota di Poland ini, perjuangan untuk memeluk islam dan merasakan kenikmatan ukhuwah islamiyah adalah sesuatu yang tak mudah dilakukan, saudari-saudari kita seperti Kamila ini telah ditempa beragam cobaan sebagai bagian dari perjuangannya mencari tahu tentang Tuhan Yang Maha Esa, tentang hakikat hidup yang sebenarnya. Ya Allah, mohon bimbinglah kami selalu…
Wallahu’alam bisshowab.

Kamis

Belajar Menjadi Pribadi yang Tenang



Ketika menonton film Yip Man saya mendapat suatu inspirasi yang mungkin dapat saya bagi ke teman-teman pembaca notes saya yang ke-18 ini. Film itu adalah film kungfu Cina yang mengangkat kisah nyata dari seorang guru Bruce Lee bernama Ye Wen. Ye Wen adalah seorang master kungfu yang beraliran Wing Chun alias yang terkenal dengan tinju seribunya. Yang menginspirasi saya adalah ketika melihat Ye Wen bertarung. Ketika dia bertarung, nyaris tanpa ekspresi sama sekali. Bahkan ketika berhadapan dengan lawan yang jumlahnya lebih dari sepuluh yang memegang senjata semua, dia tetap tenang dan dingin menghajar semua lawannya. Sementara saya perhatikan lawannya memukul dan mengeluarkan jurus sangat begitu emosional terlihat dari wajahnya. Mimik wajahnya menunjukkan ketergesah-gesahan. Tidak teliti. Beda sekali dengan Ye Wen yang cool, kalem, teliti, nyaris tanpa ekspresi dalam menghajar lawan-lawannya.
Mengapa kita tidak seperti Ye Wen yang tetap tenang menghadapi masalah, bahkan masalah yang mengancam nyawanya?
Bukankah ketergesah-gesahan itu datangnya dari setan?
Lain kali jika kita menghadapi masalah apapun, cobalah untuk mengambil nafas yang panjang dulu, tunjukkan ekspresi yang tenang dulu, berpikirlah yang masak, dan ambil keputusannya serta konsistenlah dalam keputusan itu.

Karena yakinlah kita akan tampak kelihatan lebih keren ketika ada masalah kita menghadapinya dengan mimik muka tanpa ekspresi yang menunjukkan ketenangan.

Ada pepatah yang mengatakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan kebiasaan dan kebiasaan akan menghasilkan karakter. Kalau kita ingin dikenal dengan orang yang memiliki ketenangan, yuk mari kita sering-sering latihan menunjukkan ketenangan itu dalam setiap masalah yang kita hadapi.

Selamat mencoba!

Sabtu


Memaknai sebuah bangsa yang beradab
Kemanusiaan yang adil dan beradab, kalimat ini tak asing lagi kita dengar, yang peringatan lahirnya baru saja berlalu. Kalimat ini merupakan Salah satu kalimat yang menjadi tunjuan bangsa sejak proklamsi kemerdekaan kurang lebih 66 tahun yang lalu. dibangun dengan cita-cita besar yang menggelora, berjuang melepaskan diri dari penjajahan, berjuang untuk menegakkan kemerdekaannya dalam keberadaban.
Bangsa yang beradab tentu tidak mendukung eksistensi yang bisa menjatuhkan keberadabannya sebagai bangsa dengan dalih apapun yang kadang muncul dari sekedar sensasi atau bahkan liberalisasi.  Bangsa yang beradab sudah seharusnya tidak mengakui sebuah penyesatan pemikiran atau nilai-nilai yang diagungkan, karena kesesatan itu mempunyai daya rusak yang besar ketika dibiarkan dan akan semakin besar ketika keberadaanya diakui dan akan lebih besar lagi kerusakan yang ditimbulkannya jika dilindungi keberadaannya. Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung pengertian adanya kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungannya dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya.
Kembali pada diri kita, apakah kita sudah menjadi bangsa yang beradab!!!, itu dapat dilihat dari kepatuhan pada hukum dan tata nilai, baik pada hal yang besar maupun yang tampak kecil seperti menghormati orang lain dan memperlakukan orang lain seperti ia ingin diperlakukan. Ketika dicerminkan tujuan bangsa dengan realita kebangsaan saat ini, dapat dikatakan bangsa ini belum berhasil mendidik anak bangsa sepenuhnya untuk menjadi manusia yang beradab. Hal yang besar misalnya korupsiyang merajalela saat ini di Indonesia dan bertindak melanggar hukum karena merasa berkuasa. Hal-hal yang tampaknya kecil misalnya kepatuhan untuk antre meskipun ia orang penting (tetapi justru banyak orang Indonesia tidak mau antre karena merasa dirinya penting).
Selain itu, kepatuhan untuk tidak menyusahkan orang lain, di mana pun dia berada. Contohnya, mematuhi adab berkendaraan dan berlalu lintas, adab untuk tidak membuang sampah sembarangan, serta adab untuk tidak merokok dan menyebarkan asap kepada orang lain. Manusia yang beradab akan merasa malu ketika melanggar aturan atau tata nilai dan akan meminta maaf ketika diingatkan.
Malu, tapi apalah daya, kita perlu bercermin dan melihat kehidupan berbangsa kita ini. Peringatan lahirnya Pancasila baru saja berlalu, tapi apalah daya, jika kita harus menghadapi kenyataan yang pahit ini. Kasus korupsi yang merajalela saat ini, mencerminkan bahwa bangsa ini tidak sesuai dengan tujuannya seperti pada sila ke-2 Kemanusiaan Yang Adil dan beradab. Korupsi melengkapi potrt suram pengadilan, hakim yang seharusnya menegakkan kebenaran, malah membenamkan kebenaran itu jauh lebih ke dalam sehingga tidak terlihat lagi, Mereka yang seharusnya menjadi pelaku kebenaran, dengan ‘memfungsikan’ kedudukan, malah meracuni diri sendiri dengan kekayaan di dunia ini. Memang, uang dapat membuat seseorang menjadi hamba harta. Tak peduli siapapun mereka. Anda mungkin mempunyai kedudukan yang memungkinkan Anda mendapatkan ‘uang lebih’ dari tempat Anda bekerja, mungkin Anda mempunyai akses ke sana, mungkin Anda berada di ‘tempat yang basah’, tapi ingatlah. Kekayaan dunia ini tidak kekal, carilah kekayaan surgawi dan Anda akan mendapatkan segalanya.
MUHAMMAD ANWAR,

UNIVERSITAS HASANUDDIN

mahasiswa ideal

Berbicara seputar mahasiswa memanglah sangat menarik. Kenapa? Mahasiswa merupakan pemuda yang notabene adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai potensi dan ilmu yang tinggi. Dengan potensi dan ilmunya, mahasiswa mempunyai posisi tawar terhadap berbagai kebijakan yang dibuat oleh pihak kampus maupun pihak pemerintahan Indonesia. Kritikan, saran, serta ide yang diajukan mahasiswa cukup diperhitungkan oleh berbagai pihak, sehingga masyarakat sering menyebut mahasiswa sebagai komponen elit masyarakat.
Melihat fakta sekarang membuat penulis sangat miris dan prihatin. Mahasiswa yang sejatinya sebagai agen perubahan dan agen perbaikan bangsa malah sibuk dengan dirinya sendiri tanpa memikirkan lingkungan sekitarnya. Mereka hanya sibuk mengejar Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) cumlaude semata atau menghabiskan waktu melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat. Hal ini semakin menekan mahasiswa untuk hanya berkutat pada akademik. Mereka menganggap bahwa sukses dalam bidang akademik adalah segala-galanya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Padahal, pekerjaan yang layak akan dimiliki jika seseorang memiliki kemampuan serta keahlian yang lebih dibanding yang lain. Dengan potensi dan posisi mahasiswa yang sangat strategis, mahasiswa seharusnya memanfaatkan waktu dan kesempatan yang ada.
Mengikuti organisasi adalah salah satu caranya. Mahasiswa dapat mengikuti berbagai macam organisasi mahasiswa, misalnya Unit Kerohanian Islam di kampus dan oraganisasi mahasiswa lainnya yang positif. Dengan mengikuti organisasi, seorang mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh dari bangku kuliah, sehingga ilmu yang diperoleh juga dapat bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, dengan berorganisasi mahasiswa akan mendapat berbagai macam manfaat. Manfaat tersebut antara lain: belajar disiplin, terutama dalam memanajemen waktu. Selain itu, kita juga belajar untuk menghargai orang lain, belajar berkomunikasi dan bersosialisasi terhadap orang lain, melatih rasa percaya diri, memupuk rasa tanggung jawab, meningkatkan rasa solidaritas terhadap teman dan lain sebagainya. Organisasi adalah sarana untuk belajar. Jika kita sudah terbiasa melatih diri untuk berusaha menyeimbangkan berbagai aspek, terutama kuliah dan organisasi, harapannya kita tidak akan kaget dalam menghadapi kehidupan di masa mendatang.
Rupanya, sukses akademik dan organisasi belumlah cukup untuk menjadikan diri kita menjadi super star. Menurut hemat penulis, super star adalah seorang mahasiswa ideal, mahasiswa yang dapat memahami, menyadari, dan menjalankan peran yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya. Untuk menjadi mahasiswa yang ideal, kita harus mempunyai wawasan yang luas terhadap berbagai macam ilmu pengetahuan, terutama terhadap ilmu yang menjadi fokus kita, mengikuti organisasi untuk meningkatkan kapasitas diri, bekerja melatih diri untuk dapat menghidupi dirinya sendiri serta dapat berprestasi di berbagai bidang lainnya, misalnya di bidang kerohanian, di bidang karya ilmiah, dan lain sebagainya. Harapannya, apapun yang kita lakukan sekarang ini tidak hanya bermanfaat untuk diri kita, tetapi juga dapat berdampak pada kesejahteraan umat, senyum indah negeri kita. Wallahu’alam.

peran mahasiswa

 
Mahasiswa adalah sekumpulan kecil masyarakat yang duduk di bangku perkuliahan yangmengenyam pendidikan formal dan memiliki semangat yang berkoar-koar dan idealismeyang tinggi. Dengan bekal ini banyak sekali hal yang bisa dilakukan mahasiswa dimasyarakat. 
1. Pemberantasan KorupsiMahasiswa mampu mendorong masyarakat untuk bergerak melawan korupsi, melaluiberbagai cara. Entah membuat penyuluhan, membuat gambar-gambar dan iklan,membuat film dll.
 2. Penyelamatan lingkunganSebagai penggerak masyarakat untuk menyelamatkan lingkungannya. Mengadakanworkshop, publikasi yang baik dalam peingkatan awareness masyarakat tentang isu-isu lingkungan. 
3. Melakukan PerubahanSeperti pada era orde baru, sebagau penghubung masyarakat dengan pemerintah 
4. Sumber Informasi bagi masyarakat
 5. Kontrol Sosialmahasiswa bisa menjadi contoh masyarakat bagaimana menjadi seorang warganegara yang baik dengan mematuhi hukum dan aturan yang berlaku.
 6. Menanamkan nilaiMahasiswa adalah orang yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang mulailuntur dalam bangsa ini, seperti kesungguhan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin,dll