Jumat

kisah Muallaf




Muallaf Krakow berbagi kisah  : Tertarik Islam karena senang membaca

Ukasyah
Kamis, 29 September 2011 10:03:57
Satu setengah jam dari Krakow jarak ke kotanya, ia menggunakan mini-bus menuju masjid Krakow agar dapat berbuka puasa bersama. Kamila namanya, si cantik yang pemalu. Ramadhan 1432 Hijriyah ini adalah ramadhan keempat bagi Kamila. Bayangkanlah, ‘betapa sepinya’ tiga ramadhan lalu yang telah dilewati, ia makan sahur dan berbuka puasa sendirian saja. Saya salut dan bangga pula pada saudari kita ini.
Kamila berujar, “Sebenarnya sejak kecil saya telah tertarik pada islam. Jujur dalam hati, saya merasakan keanehan akan ajaran ‘tuhan anak-tuhan bapa’ di agama saya dahulu. Juga saya merasa dibohongi akan kehadiran sinterklas, peri gigi, dan sejenisnya itu. Akhirnya saya lampiaskan dengan gaya gaul awut-awutan, saya merasa tak mengenali jati diri sendiri…”, suara Kamila sangat pelan, lemah lembut, dan bahasa Inggrisnya masih kurang lancar.
Mamanya sangat prihatin dan ‘hampir putus asa’ dengan keadaan dirinya, nilai sekolahnya merosot, dan ia tampak bandel. Ia tak mau di ajak ke gereja karena setiap ia punya pertanyaan tentang ‘hal-hal aneh’ di hatinya, selalu tak mendapat jawaban yang memuaskan. Apalagi tentang arah tujuan hidup, masa’ sih hidup ini cuma mengalir begitu saja, kemudian jika berbuat dosa, sudah ‘ditanggung’ oleh Tuhan?, itu salah satu contoh pertanyaan yang berasal dari nurani terdalam.
Suatu hari di sekolahnya ada guru baru, guru ini seorang muslim, mengajar bahasa Arab sebagai salah satu program bahasa asing yang baru diuji-coba di sekolah. Hanya beberapa bulan sang guru menetap di kota itu. Namun karena Kamila hobi membaca dan tertarik dengan islam, maka ia mendekati sang guru dan banyak bertanya tentang segudang pertanyaan hatinya selama ini. “Sebenarnya saya sudah lama membuka-buka pelajaran tata cara sholat, di internet…”, ujarnya pada sang guru. Sang guru kaget, dan ia melihat sikap Kamila memang sangat antusias, Kamila selalu serius bertanya-tanya tentang apapun yang berkaitan dengan islam, ia berdiskusi dengan gurunya, bahkan ia mengikuti forum diskusi keislaman di beberapa situs dakwah internasional. Termasuk diskusi tentang ‘kenapa Islam disudutkan atas banyaknya kasus terorisme, padahal pada kenyataannya pelaku terorisme bukanlah muslim!’, Kamila mengambil kesimpulan bahwa orang-orang pembenci muslim merupakan biang kerok fitnah yang keji tersebut.
Ia bilang kepada ibunya, “Mama… Saya minta maaf akan kebandelan saya selama ini. Tapi ketahuilah, selama ini memang saya tidak yakin dengan agama yang mama ajarkan…”. Sang mama mengatakan, “Kamu sudah besar. Kamu bisa mencari keyakinanmu sendiri, saya serahkan saja apapun pilihanmu, asalkan saya bisa melihat bukti bahwa kamu memang anak yang baik…”.
Karena keluarganya yang sudah ‘membebaskan pilihan’ jalan hidup, didukung bacaan buku-buku keislaman yang sudah banyak dihadiahi oleh sang guru, di hari ketika hatinya teguh dan sangat mantap, ia bersyahadat di hadapan sang guru. Subhanalloh…
Kamila bilang kepadaku, “Sister… ketika saya masuk islam, mamaku bilang, ‘kamu lebih baik saat telah menjadi muslimah’, Saya merasakan perubahan hebat pada diri ini yang tidak bisa diutarakan melalui kata-kata…”. Kamila merasa yakin bahwa Tuhan hanya satu, Tiada Tuhan selain Allah ta’ala, dan kita bisa berdo’a ‘secara langsung kepada-Nya’, bukan melalui perantaraan manusia lain, dan tidak perlu melakukan ‘pengakuan dosa’ di hadapan perantara-perantara Tuhan sebagaimana ajaran agamanya terdahulu. Saya merinding, merasakan getaran-getaran di sanubari, Ya Allah, Engkau mempertemukan saudari di depanku ini dengan hikmah yang besar, curahan hidayah-Mu buat diri hamba ini, setiap detik harus bersyukur, kenikmatan menjadi muslim adalah sebuah anugerah teramat mahal.
Mamanya sangat bangga tatkala Kamila mampu memperbaiki nila-nilai akademisnya, jelas karena hatinya sudah tenang, pergolakan batin yang dulu menggelora sudah terjawab, sudah mengetahui ‘arah tujuan’ hidup yang selama ini dicari-cari. Ia yakin bahwa nanti kita akan mempertanggung-jawabkan amalan di dunia, dunia merupakan perjalanan mencari bekal buat kelak di akhirat. Kamila lulus sekolah dengan nilai yang baik, dan memasuki perguruan tinggi negeri dengan prestasi yang bagus. Ia menggeluti jurusan bioteknologi dan insya Allah akan lulus sarjana dua tahun lagi.
“Ramadhan kali ini sungguh saya bahagia sekali. Saya setiap hari searching di internet tentang komunitas muslim, dan ketika seorang saudari muslimah (teman saya di jejaring sosial) mengabarkan bahwa sudah ada Islamic-centre di Krakow, maka saya kirimkan email ke muslimsinkrakow@googlegroups.com yang saya lihat di web Islamic-finder. Lantas saya bisa berkumpul bersama kalian di sini, subhanalloh… Terima kasih sisters, saya teramat senang bisa berbuka puasa bersama…”, curahan hati Kamila. Ukhuwah islamiyah memang selalu mengharukan, kalbu berpaut kalbu karena dikencangkan oleh ikatan cinta-Nya.
Kamila pun berharap, “Jika anda adalah orang-orang yang membenci islam, yang meragukan arah tujuan hidup, atau yang ikut-ikutan berpenyakit ‘islamofobia’, hendaklah banyak-banyak membaca dan memahami islam lebih baik lagi. Hampir semua media yang selalu menyudutkan muslim adalah media peraih keuntungan secara ekonomi dan politik, media yang dikuasai musuh-musuh islam. Maka netralkan hati anda, luruskan niat untuk benar-benar mencari informasi yang akurat, pasti anda akan merasakan getaran hati yang kuat ketika menyadari bahwa hanya islam agama yang benar.”, kalimatnya mantap.
Ia pun berdo’a semoga suatu hari orang tua dan keluarganya dapat memperoleh hidayah-Nya memasuki cahaya Islam sebagaimana dirinya (amiin). Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanya Islam. (baca tafsir qur’an surah Ali-‘Imran[3]:19).
Allah ta’ala mengingatkan kita, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa (kepadaNya) dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali-‘Imran[3]:102).
Semoga kisah Kamila menjadi ibroh dan pelajaran berharga buat kita semua. Saat ini, ia masih terus belajar menjadi sosok muslimah sejati, mohon turut dido’akan. Berbahagialah diri kita yang telah lama berbalut hidayah islam, mendapatkan area kerukunan dan kebersamaan dengan keluarga sepanjang waktu, berkumpul menikmati keindahan ramadhan dengan suasana yang kondusif, padahal ketahuilah di belahan bumi-Nya yang lain, misalnya di berbagai kota di Poland ini, perjuangan untuk memeluk islam dan merasakan kenikmatan ukhuwah islamiyah adalah sesuatu yang tak mudah dilakukan, saudari-saudari kita seperti Kamila ini telah ditempa beragam cobaan sebagai bagian dari perjuangannya mencari tahu tentang Tuhan Yang Maha Esa, tentang hakikat hidup yang sebenarnya. Ya Allah, mohon bimbinglah kami selalu…
Wallahu’alam bisshowab.

Kamis

Belajar Menjadi Pribadi yang Tenang



Ketika menonton film Yip Man saya mendapat suatu inspirasi yang mungkin dapat saya bagi ke teman-teman pembaca notes saya yang ke-18 ini. Film itu adalah film kungfu Cina yang mengangkat kisah nyata dari seorang guru Bruce Lee bernama Ye Wen. Ye Wen adalah seorang master kungfu yang beraliran Wing Chun alias yang terkenal dengan tinju seribunya. Yang menginspirasi saya adalah ketika melihat Ye Wen bertarung. Ketika dia bertarung, nyaris tanpa ekspresi sama sekali. Bahkan ketika berhadapan dengan lawan yang jumlahnya lebih dari sepuluh yang memegang senjata semua, dia tetap tenang dan dingin menghajar semua lawannya. Sementara saya perhatikan lawannya memukul dan mengeluarkan jurus sangat begitu emosional terlihat dari wajahnya. Mimik wajahnya menunjukkan ketergesah-gesahan. Tidak teliti. Beda sekali dengan Ye Wen yang cool, kalem, teliti, nyaris tanpa ekspresi dalam menghajar lawan-lawannya.
Mengapa kita tidak seperti Ye Wen yang tetap tenang menghadapi masalah, bahkan masalah yang mengancam nyawanya?
Bukankah ketergesah-gesahan itu datangnya dari setan?
Lain kali jika kita menghadapi masalah apapun, cobalah untuk mengambil nafas yang panjang dulu, tunjukkan ekspresi yang tenang dulu, berpikirlah yang masak, dan ambil keputusannya serta konsistenlah dalam keputusan itu.

Karena yakinlah kita akan tampak kelihatan lebih keren ketika ada masalah kita menghadapinya dengan mimik muka tanpa ekspresi yang menunjukkan ketenangan.

Ada pepatah yang mengatakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan kebiasaan dan kebiasaan akan menghasilkan karakter. Kalau kita ingin dikenal dengan orang yang memiliki ketenangan, yuk mari kita sering-sering latihan menunjukkan ketenangan itu dalam setiap masalah yang kita hadapi.

Selamat mencoba!

Sabtu


Memaknai sebuah bangsa yang beradab
Kemanusiaan yang adil dan beradab, kalimat ini tak asing lagi kita dengar, yang peringatan lahirnya baru saja berlalu. Kalimat ini merupakan Salah satu kalimat yang menjadi tunjuan bangsa sejak proklamsi kemerdekaan kurang lebih 66 tahun yang lalu. dibangun dengan cita-cita besar yang menggelora, berjuang melepaskan diri dari penjajahan, berjuang untuk menegakkan kemerdekaannya dalam keberadaban.
Bangsa yang beradab tentu tidak mendukung eksistensi yang bisa menjatuhkan keberadabannya sebagai bangsa dengan dalih apapun yang kadang muncul dari sekedar sensasi atau bahkan liberalisasi.  Bangsa yang beradab sudah seharusnya tidak mengakui sebuah penyesatan pemikiran atau nilai-nilai yang diagungkan, karena kesesatan itu mempunyai daya rusak yang besar ketika dibiarkan dan akan semakin besar ketika keberadaanya diakui dan akan lebih besar lagi kerusakan yang ditimbulkannya jika dilindungi keberadaannya. Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung pengertian adanya kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungannya dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya.
Kembali pada diri kita, apakah kita sudah menjadi bangsa yang beradab!!!, itu dapat dilihat dari kepatuhan pada hukum dan tata nilai, baik pada hal yang besar maupun yang tampak kecil seperti menghormati orang lain dan memperlakukan orang lain seperti ia ingin diperlakukan. Ketika dicerminkan tujuan bangsa dengan realita kebangsaan saat ini, dapat dikatakan bangsa ini belum berhasil mendidik anak bangsa sepenuhnya untuk menjadi manusia yang beradab. Hal yang besar misalnya korupsiyang merajalela saat ini di Indonesia dan bertindak melanggar hukum karena merasa berkuasa. Hal-hal yang tampaknya kecil misalnya kepatuhan untuk antre meskipun ia orang penting (tetapi justru banyak orang Indonesia tidak mau antre karena merasa dirinya penting).
Selain itu, kepatuhan untuk tidak menyusahkan orang lain, di mana pun dia berada. Contohnya, mematuhi adab berkendaraan dan berlalu lintas, adab untuk tidak membuang sampah sembarangan, serta adab untuk tidak merokok dan menyebarkan asap kepada orang lain. Manusia yang beradab akan merasa malu ketika melanggar aturan atau tata nilai dan akan meminta maaf ketika diingatkan.
Malu, tapi apalah daya, kita perlu bercermin dan melihat kehidupan berbangsa kita ini. Peringatan lahirnya Pancasila baru saja berlalu, tapi apalah daya, jika kita harus menghadapi kenyataan yang pahit ini. Kasus korupsi yang merajalela saat ini, mencerminkan bahwa bangsa ini tidak sesuai dengan tujuannya seperti pada sila ke-2 Kemanusiaan Yang Adil dan beradab. Korupsi melengkapi potrt suram pengadilan, hakim yang seharusnya menegakkan kebenaran, malah membenamkan kebenaran itu jauh lebih ke dalam sehingga tidak terlihat lagi, Mereka yang seharusnya menjadi pelaku kebenaran, dengan ‘memfungsikan’ kedudukan, malah meracuni diri sendiri dengan kekayaan di dunia ini. Memang, uang dapat membuat seseorang menjadi hamba harta. Tak peduli siapapun mereka. Anda mungkin mempunyai kedudukan yang memungkinkan Anda mendapatkan ‘uang lebih’ dari tempat Anda bekerja, mungkin Anda mempunyai akses ke sana, mungkin Anda berada di ‘tempat yang basah’, tapi ingatlah. Kekayaan dunia ini tidak kekal, carilah kekayaan surgawi dan Anda akan mendapatkan segalanya.
MUHAMMAD ANWAR,

UNIVERSITAS HASANUDDIN

mahasiswa ideal

Berbicara seputar mahasiswa memanglah sangat menarik. Kenapa? Mahasiswa merupakan pemuda yang notabene adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai potensi dan ilmu yang tinggi. Dengan potensi dan ilmunya, mahasiswa mempunyai posisi tawar terhadap berbagai kebijakan yang dibuat oleh pihak kampus maupun pihak pemerintahan Indonesia. Kritikan, saran, serta ide yang diajukan mahasiswa cukup diperhitungkan oleh berbagai pihak, sehingga masyarakat sering menyebut mahasiswa sebagai komponen elit masyarakat.
Melihat fakta sekarang membuat penulis sangat miris dan prihatin. Mahasiswa yang sejatinya sebagai agen perubahan dan agen perbaikan bangsa malah sibuk dengan dirinya sendiri tanpa memikirkan lingkungan sekitarnya. Mereka hanya sibuk mengejar Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) cumlaude semata atau menghabiskan waktu melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat. Hal ini semakin menekan mahasiswa untuk hanya berkutat pada akademik. Mereka menganggap bahwa sukses dalam bidang akademik adalah segala-galanya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Padahal, pekerjaan yang layak akan dimiliki jika seseorang memiliki kemampuan serta keahlian yang lebih dibanding yang lain. Dengan potensi dan posisi mahasiswa yang sangat strategis, mahasiswa seharusnya memanfaatkan waktu dan kesempatan yang ada.
Mengikuti organisasi adalah salah satu caranya. Mahasiswa dapat mengikuti berbagai macam organisasi mahasiswa, misalnya Unit Kerohanian Islam di kampus dan oraganisasi mahasiswa lainnya yang positif. Dengan mengikuti organisasi, seorang mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh dari bangku kuliah, sehingga ilmu yang diperoleh juga dapat bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, dengan berorganisasi mahasiswa akan mendapat berbagai macam manfaat. Manfaat tersebut antara lain: belajar disiplin, terutama dalam memanajemen waktu. Selain itu, kita juga belajar untuk menghargai orang lain, belajar berkomunikasi dan bersosialisasi terhadap orang lain, melatih rasa percaya diri, memupuk rasa tanggung jawab, meningkatkan rasa solidaritas terhadap teman dan lain sebagainya. Organisasi adalah sarana untuk belajar. Jika kita sudah terbiasa melatih diri untuk berusaha menyeimbangkan berbagai aspek, terutama kuliah dan organisasi, harapannya kita tidak akan kaget dalam menghadapi kehidupan di masa mendatang.
Rupanya, sukses akademik dan organisasi belumlah cukup untuk menjadikan diri kita menjadi super star. Menurut hemat penulis, super star adalah seorang mahasiswa ideal, mahasiswa yang dapat memahami, menyadari, dan menjalankan peran yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya. Untuk menjadi mahasiswa yang ideal, kita harus mempunyai wawasan yang luas terhadap berbagai macam ilmu pengetahuan, terutama terhadap ilmu yang menjadi fokus kita, mengikuti organisasi untuk meningkatkan kapasitas diri, bekerja melatih diri untuk dapat menghidupi dirinya sendiri serta dapat berprestasi di berbagai bidang lainnya, misalnya di bidang kerohanian, di bidang karya ilmiah, dan lain sebagainya. Harapannya, apapun yang kita lakukan sekarang ini tidak hanya bermanfaat untuk diri kita, tetapi juga dapat berdampak pada kesejahteraan umat, senyum indah negeri kita. Wallahu’alam.

peran mahasiswa

 
Mahasiswa adalah sekumpulan kecil masyarakat yang duduk di bangku perkuliahan yangmengenyam pendidikan formal dan memiliki semangat yang berkoar-koar dan idealismeyang tinggi. Dengan bekal ini banyak sekali hal yang bisa dilakukan mahasiswa dimasyarakat. 
1. Pemberantasan KorupsiMahasiswa mampu mendorong masyarakat untuk bergerak melawan korupsi, melaluiberbagai cara. Entah membuat penyuluhan, membuat gambar-gambar dan iklan,membuat film dll.
 2. Penyelamatan lingkunganSebagai penggerak masyarakat untuk menyelamatkan lingkungannya. Mengadakanworkshop, publikasi yang baik dalam peingkatan awareness masyarakat tentang isu-isu lingkungan. 
3. Melakukan PerubahanSeperti pada era orde baru, sebagau penghubung masyarakat dengan pemerintah 
4. Sumber Informasi bagi masyarakat
 5. Kontrol Sosialmahasiswa bisa menjadi contoh masyarakat bagaimana menjadi seorang warganegara yang baik dengan mematuhi hukum dan aturan yang berlaku.
 6. Menanamkan nilaiMahasiswa adalah orang yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang mulailuntur dalam bangsa ini, seperti kesungguhan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin,dll