Senin

Jika Mudah maka Tak butuh Perjuangan..


“Kita bukanlah pejuang yang takut perang,keberadaan kita sekarang membutuhkan kerja nyata,bukti dari kesungguhan kalau kita memang ingin istiqomah dalam agama ini..kita hidup di dunia jadi harus hidup  layaknya orang dunia , namun saya berharap agar kita  tidak menjadikan dunia ini sebagai cita-cita tertinggi”

Pernahkah dirimu dikejutkan oleh pertemuan yang tak di sangka-sangka, pertemuan dengan seseorang yang dirimu hampir-hampir  melupakannya atau pertemuan sejenak yang membuatmu mabuk kepayang karena cinta atau pertemuan dengan teman lama yang berakhir dipelaminan atau pertemuan yang membuatmu berderai air mata saat perpisahan datang atau pertemuan yang menyimpan janji untuk pertemuan berikutnya kelak di pintu syurga, bukankah begitu banyak pertemuan yang selalu saja di iringi oleh perpisahan ..ah hidup ini, pernahkan engkau perhatikan bahwa salah satu bagiannya adalah rangkaian pertemuan dan perpisahan..

Beberapa hari yang lalu saya di kagetkan oleh kabar dari seorang teman,teman yang sudah beberapa bulan ini kami terpaut jarak,teman sangat baik,teman seperjuangan di Teknik,teman saling mengingatkan dalam menetapi ketaatan dan kesabaran..ia menyampaikan kabar bahwa ia sekarang ada di wakatobi,kampungku..Ia  kerja disana..

Lagi dan lagi..cara ALLAH bertindak membuatku tak sanggup berkata-kata..

Terjadilah obrolan panjang ..saya bisa menangkap kekuatiran yang begitu  dalam dari setiap kata yang terucap..ah kawan ku , kita seperti di lemparkan oleh takdir ke kutub yang berlawanan..saya di bawa ke ibu kota,pusaran berbagai ujian dimana istiqomah di anggap sebagai sesuatu yang asing...

Sedang engkau di bawa,ke tempat dimana saya  menghabiskan masa kecilku,saya tau betul bagaimana kampungku itu..maka wajarlah jika engkau kuatir…kuatkan dirimu…

Tidaklah mudah,memilih suatu jalan yang membawa kita berkawan dekat dengan kehidupan dunia ini namun disatu sisi keinginan untuk tetap istiqomah seperti meletup-letup dalam dada…

Tidak Mudah,saya tau rasanya,,tapi ingatkah engkau tentang kisah mushab bin umair..kisah yang harusnya membuat kita malu untuk berpaling dari ketaatan..mush’ab pemuda parlente yang hampir seluruh kenikmatan dunia ia miliki,namun saat hidayah itu menghampiri ,ia rela menukar segala kenikmatan dunia ,bahkan ia rela meninggalkan wanita yang sangat ia cintai ,ibunya,,ia lebih memilih ALLAH dan Rasul-Nya…

Atau kisah bilal ,muadzin kesayanngan Rasulullah,budak yang hina di mata manusia namun ALLAH begitu memuliakannya..Bilal Bin Rabah ,Demi mempertahankan aqidahnya/demi keistiqomahan ..ia rela di tindih dengan batu di tengah padang pasir.

Atau kisah seorang wanita yang menderita penyakit ayan, kisah yang harusnya membuat kita wanita jaman sekarang malu, malu karena begitu mudah menampakan auratnya,  malu karena dengan begitu mudah menanggalkan hijabnya  karena alasan ingin tampil cantik dan modis. taukah kita,wanita itu hitam lagi tak menarik, untuk laki-laki  jaman sekarang mungkinlah tak akan menimbulkan fitnah ,namun keinginannya untuk taat menjaga apa yang ALLAH syariatkan telah membawanya pada kemulian, pada janji Syurga. Syurga dan keistiqomahan menjaga auratnya lebih ia pilih dari pada kesembuhan ,kesembuhan dalam kehidupan dunia ini..

Semoga kisah-kisah ini dapat menguatkan, Istiqomah dalam agama ini TidAKLah MUDAH ,Butuh perjuangan..jika Mudah maka Tak Butuh perjuangan..

“Menempatkan diri sebagai da’I dan qudwah terbaik dimana pun kita  berada adalah satu jalan untuk tetap istiqomah dalam agama ini”---------->

Pencuri yang di curi hatinya

Kisah malik bin dinar, bersama seorang pencuri, Seorang pencuri memanjat tembok rumah Malik bin Dinar, menyelinap masuk, tapi ia tidak menemukan apapun yang pantas untuk dicuri. Sementara tuan rumah yang khusyuk melakukan shalat memperpendek shalatnya karena merasa ada sesuatu yang mengganggu.


Kemudian Malik bin Dinar menoleh kearah pencuri itu. Sambil mengucapkan salam, ia berkata, “Semoga Allah memberimu taubat, engkau memasuki rumahku, tetapi engkau tidak menemukan sesuatu yang dapat engkau ambil. Namun aku tidak akan membiarkanmu keluar dengan sia-sia.”


Malik bin Dinar membawakan sebaskom air dan berkata kepadanya, “Ambillah air wudhu, lalu lakukan shalat 2 rakaat, niscaya engkau nanti akan keluar dengan membawa sesuatu yang lebih berharga daripada apa yang engkau cari ke sini!” Mendengar kata-kata dan ketulusan Malik bin Dinar, pencuri itu terharu lalu ia menjawab, “Baiklah. Aku jadi tersanjung.”

Pencuri itu berwudhu, lalu melakukan shalat 2 rakaat. Jiwanya tergetar luar biasa, dengan sopan ia minta pada Malik bin Dinar kalau boleh dia melakukan shalat 2 rakaat lagi.

Betapa nasihat Malik bin Dinar telah mengubah niat maling itu dalam sekejap. Dan Malik bin Dinar dengan tulus mengizinkannya, dan maling itu shalat terus sampai pagi hari.

“Sekarang pulanglah, dan baik-baiklah,” Malik bin Dinar berkata kepadanya. Ia menjawab, “Tuan, kalau engkau berkenan bolehkah aku tinggal bersamamu? Aku berniat berpuasa hari ini jadi aku tak perlu menghabiskan makananmu.”

“Tentu, boleh saja, aku senang, tinggallah di sini selama engkau mau,” jawab Malik bin Dinar. Maka pencuri itu tinggal bersama Malik bin Dinar berhari-hari. Dia bangun malam melakukan shalat sepanjang malam dan berpuasa pada siang harinya. Ketika hendak pulang dia berkata pada Malik bin Dinar, “Wahai Tuan Malik bin Dinar yang baik hati, aku telah berniat melakukan taubat.” Malik bin Dinar menjawab, “Itu ditangan Allah Azza wa Jalla.” Dan, maling itu benar bertaubat. Dia tidak mau dan tidak pernah lagi mencuri.

Dalam perjalanan pulang ia bertemu dengan temannya maling lain yang ia kenal baik. Temannya bertanya padanya, “Lama benar engkau di rumah Malik bin Dinar, aku pikir kau pasti sudah mencuri harta karun di sana!”

“Saudaraku, aku menyelinap hendak mencurinya, tapi kenyataannya dia justru mencuriku, aku bertaubat pada Allah Azza wa Jalla, dan mulai sekarang aku akan lebih banyak berada dalam rumahku untuk mendapatkan dan menikmati apa-apa yang dikaruniakan Allah pada para Kekasih-Nya.”


Ia melangkah pulang dengan langkah tetap dan tegap. Pencuri yang pernah menjadi rekannya itu terbengong-bengong memandang sosok punggungnya dari belakang. Subhanallah!